novelseriesterse

PART 2 DDA (Detik Darah Air Mata)

November 24, 2017 Akalanka 0 Comments



Di tengah perjalanan , Genta melihat sahabat sahabatnya sangat bersemangat walaupun telah mendakki cukup jauh.
Sebagai seorang pemimpin /Ketua di gengnya itu , Genta dituntut untuk selalu kuat apapun kondisinya , namun disisi lain Ia hanya seorang manusia yang lemah dan memiliki batas , ditambah lagi Genta mempunyai Kanker Otak stadium akhir yang bisa membunuhnya kapan saja , tetapi Ia tak pernah memberitahu tentang penyakitnya itu kepada sahabat sahabatnya dan selalu menutup-nutupinya dengan cara Ia selalu berlagak tegar dan kuat seperti orang sehat pada umumnya.
Di tengah perjalanan , tiba tiba Genta meneteskan air mata ketika sedang berjalan , Sonia yang melihatnya meneteskan air mata seketika terkejut dan langsung saja menghampiri Genta.
“Gen , em Genta , lo gak apa apa kan?” tanya Sonia dengan nada pelan dan perasaan takut.
Genta terkejut , buru buru Genta mencoba menutupi apa yang telah terjadi dengan pura pura matanya tersengat serangga.
“Ah , sial mata gue disengat serangga!” Ujar Genta mencoba menutupi matanya agar tak terlihat oleh Sonia bahwa sesungguhnya Ia sudah menangis dan bukan tersengat serangga.
“Eh iya , ada apa Son?” Ujar Genta mencoba menoleh ke arah Sonia sambil tetap berpura pura menyeka matanya.
“em , engga engga deh engga jadi Cuma manggil aja kok hehe” Jawab Sonia.
“Oh gitu , Ayo terus jalan , semangat ya! Jangan loyo hehe” Ujar Genta memberikan semangat.
“Huh hampir saja ketauan” Ujar Genta dalam hati.
Sesungguhnya Genta tiba tiba menangis bukan karna disengat serangga , tetapi Ia berfikir dan selalu bertanya-tanya “Apakah disini , di Gunung ini adalah tempat terakhir aku bisa melihat ke 7 sahabatku seperti apa yang telah di katakan oleh Dara?” , Pertanyaan itulah yang menghantui Genta selama Ia mendakki dan sekaligus membuatnya meneteskan air mata setelah mendengar Dara menanyakkan pertanyaan itu kepadanya.
Pendakkian pun berlanjut , mereka kini berada di ketinggian yang hampir sampai dengan puncak Gunung Pangrango , ke 7 sahabat itu sungguh sangat dimanjakkan penglihatannya karna disuguhi pemandangan yang sangat indah dan sejuk menyegarkan penat.
“Woaaaaaa guys liat deh” Ujar Raka kagum.
ke 6 sahabatnya melihat apa yang disaksikan Raka dan benar ternyata , sungguh amat indah pemandangan dileher Gunung Pangrango ini , mereka tidak sabar lagi ingin mencapai Puncaknya karna mereka yakin setibanya di puncak Gunung Pangrango, pemandangannya akan jauh lebih indah dari ini.
Setelah selesai menikmati pemandangan dari leher Gunung Pangrango mereka melanjutkan pendakkian , tak terasa pula waktu telah menunjukkan pukul 5 sore.
“Oke guys cukup , hari sudah mulai menjelang malam , sebaiknya kita buat tenda dan kita akan camping disini , besok baru kita ke puncaknya dan melihat keindahan yang sangat luar biasa” Ujar Genta memberi instruksi.
Ke 7 sahabat itu pun segera bekerja sama membuat tenda , walau sangat terlihat wajah lelah mereka semua , namun tak sedikitpun membuat mereka lemas.
Genta , Yasin , Raka dan Ikal membuat tenda , sedangkan Dara, Narumi dan Sonia membuat perapian.
tak lebih dari 1 jam , mereka telah bisa menyelesaikan tugasnya.
Sejenak mereka duduk dibawah langit dan membuat lingkaran menghangatkan tubuh di depan Api Unggun.
Cuaca mulai terasa dingin menusuk tulang, dan cahaya pun telah terganti oleh gelap malam.
“Bagaimana kondisi kalian semua setelah mendakki cukup jauh sampai ketempat kita duduk ini?” Tanya Genta sekaligus membuka topik pembicaraan.
“Gue sih ya cape , tapi gak nyesel kok walaupun kaki gue gempor , tetep bisa semangat karna gue yakin kita pasti bisa!” Ujar Raka.
“Iya , gue juga sama , semua lelah gue kebayar sama suguhan pemandangan yang amat luar biasa” Ujar Ikal.
“Kalo gue , segini mah gak kerasa , gue masih bisa tahan karna gue punya tekad kalo gue bisa berdiri tegar di puncak Gunung Gede dan Pangrango bersama kalian” Ujar Narumi.
“Sungguh sangat indah dan sangat membuat saya kagum melihat Ciptaan Allah yang sangat amat luar biasa , rasa lelah pun sungguh tak terasa karna rasa kagum terhadap ciptaanNYA ini , Allahuakbar” Ujar Yasin.
“Jujur , Gue orangnya rentan lelah , namun baru kali ini yang harusnya gue cape mendakki berkilo-kilo meter namun ini gak kerasa lelah sama sekali” Ujar Sonia.
“Gue kalo boleh jujur sih ya cape , tapi karna Gue iri melihat semangat kalian yang begitu tinggi , sosok sahabat sejati yang begitu kuat , jadi kalo Gue cape dan ngeluh rasanya Gue gak pantes buat jadi salah satu sahabat yang kuat seperti kalian” Ujar Dara.
“Bagi Gue , seberapa jauhpun itu jaraknya , seberapa lama pun itu waktunya , seberapa sulitpun rintangan yang menghadang , selama kita masih bersama dan yakin satu sama lain , kita pasti bisa menaklukannya dan satu hal yang perlu di encamkan , walaupun kelak kita akan berpisah , berjanjilah! Jangan pernah lupakan persahabatan ini dan ingat satu hal! Kalian akan abadi selamanya di hati ini sebagai sahabat yang paling sejati” Ujar Genta.
Sungguh sangat terasa keharmonisan persahabatan mereka setelah mereka mengutarakan isi hatinya tentang pendakkian ini. Api unggun yang berada di depan mereka seakan menjadi saksi eratnya tali persahabatan mereka.
Mereka mengenggam erat tangan satu sama lain dan berjanji satu sama lain.
Waktupun terus bergulir , malam menjadi semakin larut sungguh tak terasa sekian lama mereka mengobrol di hadapan api unggun dan merasakan sunyinya alam yang sungguh alami, mereka pun bergegas masuk tenda masing masing untuk istirahat karna esok hari mereka akan melanjutkan pendakkian.
Ketika teman temannya sedang sibuk mempersiapkan diri untuk tidur , Genta meng isyaratkan bahasa mulut kepada Dara , yaitu Genta mengucapkan Selamat Tidur dan Mimpi yg indah , semoga besok bisa sembuh , Genta sengaja tidak mengeluarkan suaranya karna Dia malu terhadap teman temannya jika ketahuan , Dara membalas dengan senyuman manja.
Ketika semuanya telah tertidur pulas , Genta masih saja tidak bisa untuk memejamkan matanya , Ia sangat khawatir dengan kondisi Dara , apalagi cuacanya sungguh dingin menusuk tulang , akhirnya Ia terus berdoa agar Dara bisa sembuh di esok hari yang cerah.

Keesokkan harinya di pagi yang sangat Dingin menusuk tulang , mereka terbangun.
“Hoaaaaa , pagi semuaa” Ujar Ikal dengan nada seadanya.
Genta memberikan instruksi untuk berkumpul dan membagi tugas.
Untuk para lelaki mengambil air di sungai , dan untuk para wanita membuat perapian untuk memasak.
Semuanya menjalankan tugasnya masing masing , para lelaki segera bersama sama berangkat meninggalkan tenda untuk mengambil air.
Ketika di perjalanan , wajah Genta begitu pucat dan terlihat lemas.
Yasin yang melihatnya mencoba bertanya , “Lo gak apa apa ta?muka lo pucet banget?” Ujar yasin.
Genta terkejut ketakutan ketika Yasin menanyakan hal itu kepada Genta , Genta tidak ingin penyakitnya diketahui oleh teman temannya.
“Hah ?! em gak kok! Gue gak apa apa hehe , ayo cari air , jangan loyo gitu ah!” Ujar Genta berusaha mengalihkan pembicaraan.
Yasin tersenyum bangga melihat ketuanya itu walaupun sedang pucat begitu tetap memberi semangat kepada anggota anggotanya.
Perjalanan berlanjut , walaupun lelah dan rasa haus terasa di tubuh anak anak remaja ini namun karna semangatnya yang tinggi akhirnya sungai yang mereka harapkan pun terlihat didepan mata.
Mereka sangat senang , dan langsung saja meminum air yang sangat jernih dan mengambil air yang banyak untuk persediaan.
Namun , ketika Genta mengambil air , Ia sangat kebingungan karna bayangannya tidak terlihat di air , Ia kebingungan  sekaligus merasa ketakutan.
“Genta! Udah yuk balik ke tenda anak anak cewe kasian tuh pada nunggu kayaknya” Ujar Ikal.
Genta membalas dengan senyuman yang menandakan “iya”.
Di perjalanan pulang , Genta masih merasa bingung mengapa bayangannya tak terlihat di air , wajahnya yang pucat pun sungguh terlihat pucat setelah kejadian itu.
Setibanya di tenda , Genta langsung saja meminjam kaca kepada Narumi untuk membuktikan apa bayangannya benar benar tidak ada.
“Eh eh mi , gue minjem kaca dong cepet cepet!” Ujar Genta kepada Narumi.
“Loh buat apa? Ih lo belok ta? Genit lo ! , biasanya juga lo kagak pernah ngaca ta , udeh deh ganteng kok ganteng!” Ujar Narumi.
“Em , Gue pinjem dulu bentar mi” Ujar Genta.
“Ah gak mau , buat apa dulu” Ujar Narumi.
“Buat liat jerawat Gue cepet mi!” Ujar Genta.
“Mana? Perasaan lo gak ada jerawatnya deh” Ujar Narumi.
“Ada, Kecil banget makanya Gue butuh kaca cepet mi” Ujar Genta.
“Iya iya nih ampun banget deh” Ujar Narumi.
Langsung saja Genta mengambil kaca yang diberikan oleh Narumi dan langsung menuju ke dalam tenda agar tidak ada satu orang pun yang curiga.
Narumi yang tidak yakin , segera menanyakannya kepada Ikal.
“Kal , si Genta kenapa sih? Kok tiba tiba minjem kaca sih ke Gue?” Ujar Narumi.
“Gak tau Mi , daritadi pagi kita ngambil air juga dia aneh banget” Ujar Ikal.
Tak ada seorangpun mengetahui kenapa Genta menjadi aneh.
Genta yang berada di dalam tenda sangat terkejut ketika ia tidak dapat melihat bayangannya sendiri di kaca itu , ia merasa ketakutan dan gemetar yang sangat hebat.
Namun Ia segera keluar dari tenda dengan wajah yang santai seakan tak terjadi apa apa.
“Nih mi kacanya , ternyata bukan jerawat hehe” Ujar Genta memberikan kaca tersebut kepada Narumi , Narumi membalasnya dengan senyuman sedikit ketakutan melihat sikap Genta yang menjadi aneh.
Namun ketika Genta memberikan kaca itu kepada Narumi , Dara datang dengan nafas yang terengah-engah karna habis mengambil kayu untuk membuat perapian, kaca yang secara tidak sengaja dihadapkan ke arah tubuh Dara tidak memperlihatkan bayangan Dara sama halnya dengan Genta.
Genta yang melihatnya langsung terkejut dan segera melemparkan kaca itu.
“Lo kenapa sih ta!” Bentak Narumi merespon sikap Genta yang aneh.
“Em engga engga mi , Gue em gue kebelet mi mau pipis!” Ujar Genta segera pergi.
Dara menghampiri Narumi dan menanyakan apa yang terjadi.
“Genta kenapa Mi?” ujar Dara.
“Gak tau tuh Ra , aneh banget sikap dia” Ujar Narumi menjelaskan apa yang terjadi.
Setelah mendengarnya , Dara sangat merasa kasian kepada Genta dan tak ingin terjadi apa apa terhadap Genta.
Genta pergi ke tempat sepi dan mencoba berfikir apa yang telah terjadi , mengapa bayangannya dan bayangan Dara tidak terlihat di kaca? , Sesungguhnya Ia pun tak ingin sesuatu terjadi terhadap Dara yang sangat Ia Cintai.
Setelah cukup lama Genta menyendiri , akhirnya Ia mencoba tenang dan kembali ke tenda.
Kini semua berkumpul untuk menikmati sarapan pagi yang dibuatkan special oleh Dara , Sonia , dan Narumi.
Ke 7 sahabat itu sangat menikmatinya makanan yang telah dihidangkan, walaupun sangat sederhana , namun jika dinikmati pada saat yang tepat dan bersama sama seperti ini rasanya makanan mahal sekalipun kalah nikmatnya dengan hidangan sederhana ini.
Ketika sedang menikmati sarapan masing masing , mata Genta tertuju pada wajah Dara yang sama sama sedang menikmati sarapan. Genta sangat bersyukur karna ia telah dipertemukan dengan sosok Dara yang menurutnya sangat sempurna dan ia sangat bersyukur sekali karna telah ditumbuhkan rasa cinta yang begitu besar dihatinya untuk Dara.
Setelah selesai menikmati sarapan dan membereskan tenda , mereka segera melanjutkan  pendakkian menuju puncak pangrango.
Ke 7 sahabat itu pun melangkah dengan hentakkan kaki yang bersemangat , lelah dan letih pun seakan tak terasa ataupun terlihat di wajah mereka.
Cukup lama dan cukup jauh mereka mendakki , akhirnya mereka sampai dipuncak pangrango pada pukul 3 sore.
Mereka sangat terpana pada pemandangan alam diatas puncak Gunung Pangrango ini , Ke 7 sahabat ini saling berpegangan tangan dan menyaksikan keindahan karya seni tuhan ini.
Air mata ke 7 sahabat ini pun tak dapat terbendung sehingga menetes jatuh diatas puncak Pangrango ini.
Mereka merasa sangat bangga karna lelah dan letih selama pendakkian terbayar dengan suguhan pemandangan alam yang sangat luar biasa ini.
“Guys , di tempat ini , di puncak Gunung Pangrango ini adalah saksi bisu ke 7 sahabat sejati pernah berdiri tegar di puncak ini,persahabatan ini akan abadi selamanya di hati ini,berjanjilah..berjanjilah!” Ujar Genta sambil meneteskan air mata.
sahabat sahabatnya yang lain ikut menangis , tak kuasa menahan keharuan yang sangat mendalam.
sungguh amat terasa eratnya tali persahabatan mereka.
mereka tiada hentinya memandangi dan menyaksikan secara detail keindahan alam yang sangat memukau ciptaaNYA ini.
Tiba tiba Genta mengambil sebuah botol di dalam tas nya, mengambil gunting dan memotong beberapa helai rambutnya dan memasukkannya ke dalam botol itu, sahabat sahabatnya yang lain mengikuti apa yang telah dilakukan oleh ketuanya itu.
“Guys,didalam botol ini terdapat beberapa helai rambut kita, botol ini akan terus berada disini selamanya” ujar Genta sambil menggali tanah dekat batu yang lumayan besar tertancap dan segera ia menguburnya.
Sahabat sahabatnya yang lain tersenyum dan lagi lagi meneteskan air mata.
Mereka kembali berpegangan tangan dan kembali menatap tegar menantang ke arah langit menyaksikan hasil karya tuhan yang sangat memukau ini.

Setelah mereka puas menetap di puncak pangrango , sekarang saatnya mereka melanjutkan pendakkian ke tempat tujuan terakhir yaitu Puncak Gunung Gede.
Setelah beberapa kilometer mereka menuruni puncak pangrango ke arah timur menuju puncak gunung gede , tiba tiba hujan lumayan lebat dan tiupan angin yang cukup kencang datang menghadang ke 7 sahabat ini.
“Genta gimana ini?!” teriak Narumi ketakutan.
“Kita mencari pohon besar dan meneduh ayo!” Sahut Genta.
Sahabatnya menuruti perintah Genta.
“Genta! Tuh sebelah sana ada pohon besar, ayo kita kesana!” Sahut Sonia.
Mereka semua berlari menuju pohon besar yang dimaksud.
“brr brr ,dingin banget ta!” Ujar Narumi menggigil kedinginan.
“Oke oke , kita semua kedinginan , kita tunggu sampai hujannya reda” Ujar Genta.
semua terdiam menunggu hujan yang tak kunjung reda malah sebaliknya hujannya semakin lebat.
Ke 7 sahabat ini terdiam menggigil dan tak bisa melakukan apa apa.
“Guys tenang guys , gue yakin kalian semua kuat! Gak akan kalah oleh rintangan ini!” Sahut Genta memberi semangat.
Beberapa lama mereka terdiam menggigil tiba tiba Sonia yang duduk disamping Dara tidak merasakan tubuh Dara menggigil, Sonia menengok ke arah Dara dan ternyata Dara pingsan.
“Ra , ra ra! Bangun ra! Ra!” Sahut Sonia mencoba memastikan.
“Genta! Dara pingsan!” sahut Sonia setelah mengetahui bahwa Dara pingsan.
“Hah?! Masyaallah! Dara , ra ! ra!” Teriak Genta merasa sedih dan segera melepaskan Jas hujan dan jaket yang dikenakkannya hingga Genta dalam busana yang hanya mengenakkan celana dan baju polos.



-To be continued-


by REKA IMAJI.








0 komentar: