“Aku benci kamu! Aku akan pergi untuk selamanya jika itu
membuatmu bahagia!” Teriak seorang wanita di kesunyian malam. Teriakkan itu
membuatku penasaran dan ingin melihat ada apa dan siapakah gerangan.
Terlihat seorang wanita yang sepertinya ingin mengakhiri hidupnya sama halnya
denganku. Penampilannya sangatlah berantakkan. Ia memundurkan langkahnya
beberapa kaki dan bersiap siap untuk melompat dari atas jembatan.
Ia sepertinya tak menghiraukan keberadaanku. Dengan sigap aku langsung berlari
dan memegang tangannya.
“Tunggu!” Ujarku.
Dia menoleh dengan tatapan tajam.
“Lepaskan aku!” Ujar wanita itu berontak.
“Apa yang akan kau lakukan?! , bunuh diri tidak akan menyelesaikan segalanya ,
malah akan memperburuk keadaan!” Ujarku kepada wanita itu.
Tiba tiba wanita menghentikkan pemberontakkannya seraya air mata yang terjatuh
menetes di pipi indahnya.
“Tenanglah , ada apa sebenarnya?” Ujarku mencoba bertanya.
“Tak ada gunanya lagi aku hidup ! percuma! Pria yang selama ini mencintaiku ,
kini telah menikah dengan wanita lain karna perjodohan dari orang tuanya”Ujar
wanita itu menjelaskan.
Aku tertegun , ternyata permasalahannya sama halnya denganku.
“Tenang tenang , aku tau ini adalah hal yang tidak mudah
bagimu , sama halnya denganku” Ujarku
“Sama halnya denganmu? Apa maksud perkataanmu?” Ujar wanita
itu dengan wajah heran.
“Ya , aku tau adalah hal yang berat jika harus dipisahkan
karna perjodohan , aku mengalami hal yang sama denganmu! Jika tidak , untuk apa
malam malam begini aku berdiri di tempat ini? Aku pun berniat untuk mengakhiri
hidupku sama halnya denganmu , namun entah mengapa rasanya aku seperti orang
tolol jika harus melakukan hal bodoh itu” Ujarku.
“Perasaanmu tak se sensitif aku! Dengan mudahnya kau bilang
seperti itu ! jujur aku tak akan pernah rela melepaskan pria yang telah 6 tahun
mencintaiku” Ujar wanita itu.
“Kau bisa berkata seperti itu karna kau berfikir hanya
menggunakan perasaanmu! Cobalah berfikir menggunakan logikamu!” Ujarku.
“Lihatlah dirimu , bung! Maksudku , siapa dirimu?! Orang
asing yang sok pintar menceramahiku?!” Ujar wanita itu melepaskan tangannya
dari genggamanku dan beranjak pergi.
“Kau bisa berkata seperti itu karna belum menemukan lelaki
yang benar benar menjadi jodohmu ! suatu hari nanti , kau akan menemukan yang
lebih baik dari dia , hidupmu lebih berharga! Ingatlah! Lebih berharga dari
apapun!” Sahutku.
Wanita itu tetap meneruskan langkahnya dan berpura pura tidak mendengarku ,
namun aku yakin dia pasti mendengarnya.
Niatku untuk mengakhiri hidup seketika hilang karna wanita itu. Aku memutuskan
untuk pulang dan beristirahat. Ku rebahkan ragaku di kasur yang sangat empuk
bagiku , pikiranku pun terbang melayang memikirkan wanita itu hingga aku
tertidur.
Keesokkan harinya , aku memulai aktivitasku dengan membaca
buku dan berniat untuk melupakan patah hatiku. Aku beranjak menuju ke tempat
novel kesukaanku , aku sangat menikmati kata kata yang tertulis dalam novel itu
, telingaku seakan tertutup tak perduli dengan apa yang terjadi di sekitarku ,
aku hanya fokus menikmati novel itu. Beberapa menit kemudian aku merasa bosan
dengan novel yang kubaca , dan kuputuskan untuk membaca novel yang lainnya.
Aku tertarik dengan novel yang kulihat di pojok sudut bagian rak buku , terlihat
hanya ada satu novel , aku pun segera melangkahkan kaki ku untuk membaca novel
itu. Ketika tanganku akan mengambil novel itu , tiba tiba terlihat tangan
lembut yang berniat mengambil buku yang sama.
“Maaf , mau baca buku ini juga?” Ujarku.
“Iya” Ujar terdengar suara wanita.
Aku menoleh ke arah wajah wanita tersebut dan ternyata wanita itu adalah wanita
yang semalam berniat mengakhiri hidupnya.
“Loh kamu kan yang semalam?” Ujarku tertegun.
“Kamu?!” Ujar wanita itu.
“Lagi ngapain disini?” Ujarku membuka topik pembicaraan.
Ia tak merespon pertanyaanku dan beranjak pergi meninggalkanku seperti orang
yang ketakutan.
“Tunggu , tunggu! Hey!” Sahutku , namun ia tetap tetap saja
tidak mendengarkan dan terus meneruskan langkah kakinya.
Mungkin Dia masih marah atas kejadian semalam , padahal kan aku hanya
memberikan nasehat untuknya , namun mengapa ia harus marah? Bukankah sama
halnya dengan aku menyelamatkan
hidupnya? , pikirku.
Aku memutuskan untuk pergi mencari makan , karna perutku terasa lapar.
Ketika aku sedang menikmati makanan di sebuah restoran , aku melihat pasangan
yang sedang asyik menyuapi satu sama lain, seketika pikiranku terbayang pada
sosok Dinda yang selalu bertingkah mesra dihadapanku , oh sungguh aku sangat
merindukannya.
Hari sudah hampir gelap , saatnya aku pulang untuk
beristirahat , ku rebahkan ragaku dan lagi lagi aku terbayang wanita misterius
itu , siapa dia? Ah mungkin hanya kebetulan saja aku berjumpa dengannya ,
pikirku.
Seminggu berlalu , aku mulai bisa melupakan Dinda sedikit demi
sedikit. Aku mendapat pekerjaan menjadi penjaga toko di sebuah toko baju di
kotaku.
Aku bekerja dengan sungguh sungguh berharap bisa melupakan patah hatiku.
Ketika aku sedang mengecek stock baju , terlihat seorang wanita yang posisinya
membelakangiku sedang kebingungan mencari sesuatu , akupun segera
menghampirinya.
“Selamat siang , ada yang bisa saya bantu?” Ujarku dengan
ramah.
“Oh ini mas , saya mencari cardigan merah yang kemarin saya
lihat disini , tapi kok gak ada ya mas?” Ujar wanita itu tidak menoleh ke
arahku sama sekali dan tetap mencari cari cardigan yang dimaksud.
“Nah , yang ini bukan mbak?” ujarku.
Wanita itu pun menoleh ke arahku.
“Kamu?!” Ujar wanita itu tertegun.
“Kamu?!” Ujarku ikut tertegun.
Wanita itu pun seketika beranjak dengan cepat meninggalkanku. Terlihat sapu
tangannya terjatuh tanpa ia sadari.
“Hey , hey , tunggu!!” Sahutku mencoba mengejar , namun
langkahnya terlalu cepat sehingga tak bisa untuk mengembalikkan sapu tangannya.
Ku lihat sapu tangannya berwarna merah , dan terlihat ada sebuah nama
bertuliskan “Senja Rahma Andini”.
Mungkin itulah nama dari wanita misterius itu , gumamku.
Hari menjelang petang , waktunya pulang dan beristirahat.
Setelah dikamar , aku berfikir bagaimana cara mengembalikkan sapu tangan
ini? Akankah kita berjumpa kembali? Jika
memang jodoh mungkin kita akan dipertemukan kembali , pikirku.
Sebulan berlalu , dan aku mendapat kabar bahwa Dinda akan
segera melangsungkan pernikahan , senang rasanya namun akupun tak bisa munafik
bahwa aku tak bisa begitu saja merelakan wanita yang telah lama ku cintai
menikah dengan pria lain. Apa daya? Jika takdir berkata lain aku hanya bisa
terima walaupun terasa sangat perih.
Aku berniat liburan mengunjungi ayah kandungku ke kota yang
cukup jauh dengan kotaku , aku mengambil cuti 2 hari berharap bisa me refresh
otakku dari kegalauan. Aku pamit kepada nenekku dan segera menuju terminal,
karna waktu telah menunjukkan pukul 02.00 siang , jika sampai jam 03.00 sore ,
aku akan kehabisan bus ke kota ayah kandungku. Setelah sampai terminal , aku
berlari mencari bus yang di maksud.
“Mas , bus menuju kota karawang masih ada?” Ujarku bertanya
kepada kondektur bus.
“Oh itu di depan mas , itu bus terakhir” Ujarnya.
“Terimakasih mas!” Ujarku.
Segera aku berlari menuju bus yang dimaksud , namun aku
berlari terlalu cepat sehingga aku terjatuh karna menginjak lubang. Aku terdiam
kesakitan , terlihat ada uluran sebuah tangan.
“Tidak apa apa mas? Hati hati mas kalo jalan” Ujar terdengar
seorang wanita.
“Iya , makasih mbak” Ujarku menoleh ke arah wanita tersebut.
Dan ternyata wanita itu adalah wanita misterius itu.
“Kamu lagi?!” Ujarku tertegun.
“Kamu?!” Ujar wanita misterius itu ikut tertegun.
Seperti biasa dia langsung beranjak pergi meninggalkanku ,
namun dengan sigap aku memegang tangannya dan menghentikkan langkahnya.
“Tunggu!” Ujarku.
“Lepaskan tanganku!” Ujar wanita itu mencoba berontak.
“Hey tenanglah! Aku hanya ingin tahu mengapa kau selalu
pergi ketika kau bertemu dengan ku? Apa salahku?” Ujarku.
Dia hanya terdiam dan tidak berontak lagi.
“Senja Rahma Andini” Ujarku.
“Darimana kau tahu namaku?!” Ujar wanita itu terkejut.
“Nih , ini milikmu” Ujarku memberikan sapu tangan merah
miliknya.
“Sapu tangan kesayanganku!” Ujar wanita itu segera
mengambilnya dari tanganku.
“Sapu tanganmu terjatuh ketika kau berada di toko baju bulan
lalu” Ujarku menjelaskan.
“Terimakasih” Ujar Senja.
“Lalu , mengapa kau begitu membenciku?” Ujarku bertanya.
“Tidak apa apa , aku hanya tidak suka diceramahi” Ujar Senja.
“Oh begitu , yasudah aku minta maaf jika aku salah” Ujarku.
“Iya tak apa apa , lagian sudah berlalu ini kok” Ujar Senja.
Aku membalasnya dengan senyuman.
“Lalu mengapa kau berada disini?” Ujarku bertanya.
“Aku berniat akan pergi ke rumah sahabat karibku di
karawang” Ujar Senja.
“Kebetulan sekali , aku pun akan pergi ke kota yang sama
denganmu , mengapa tak bersama sama saja?” Ujarku.
“Yasudah ayo” Ujarnya.
Namun sayang sekali , bus terakhir yang menuju ke kota
karawang telah berangkat meninggalkan Aku dan Senja. Akhirnya kita memutuskan
untuk pergi makan ke sebuah mall dan melanjutkan perbincangan.
Tak butuh waktu lama , aku dan Senja pun bisa akrab. Namun karna hari sudah
malam , akhirnya kita memutuskan untuk pulang dan beristirahat.
Ku rebahkan ragaku di kasurku , entah mengapa aku selalu terbayang waja Senja ,
dan tersenyum karnanya. Lamunanku buyar terganggu oleh getar dari handphoneku.
Ku lihat , ternyata Senja mengirim pesan teks kepadaku , sungguh sangat senang
rasanya terpancar dari wajahku.
Semakin hari , semakin dekat hubunganku dengan Senja , ternyata
Dia orangnya menyenangkan , sangat menyenangkan. Patah hatiku pun perlahan
mulai tertutupi oleh kehadiran Senja. Dikala aku sedang galau memikirkan Dinda
, entah mengapa Senja selalu hadir dengan tiba tiba dan membuatku tersenyum.
Sebulan berlalu , hari ini adalah hari dimana Dinda akan
melangsungkan pernikahan. Aku galau dan berniat untuk menyendiri ke sebuah
Danau. Aku duduk di tepian danau , aku mengambil beberapa batu kecil dan
melemparnya ke danau.
Tiba tiba , terdengar suara wanita.
“Lemparlah lebih jauh lagi jika kau benar benar kesal!” Ujar
suara wanita tepat dibelakangku.
Aku terkejut dan segera menoleh kebelakang dan ternyata
wanita itu adalah Senja.
“Aku tau ini sangat berat bagimu” Ujar Senja.
“Bagaimana kau bisa tahu aku berada disini?” Ujarku heran.
“Aku sudah tahu semuanya dari Nenekmu” Ujar Senja.
“Kau tak tau apa yang terjadi , dan kau tak tau seberapa
sakit patah hati yang aku alami!” Ujarku.
“Kau bisa berkata seperti itu karna kau belum menemukan
penggantinya , kau belum menemukan kebahagiaanmu” Ujar Senja.
Aku terdiam membisu oleh ucapannya.
“Jika kau benar benar mencintainya , relakan dia bahagia
dengan pria lain , ketahuilah ,gas! Aku
pun seperti itu , ditinggal pergi oleh seseorang yang sangat aku cintai,Dia
sekarang telah menikah dengan wanita lain , apa kau fikir aku tidak merasa
patah hati yang mendalam?” Ujar Senja.
Aku terkejut dengar ceritanya , sungguh sangat tersiksa hati
jika aku sepertinya.
“Pergilah! Cari kebahagiaanmu , kehidupanmu jauh lebih
berharga dari apapun!” Ujarnya.
Seketika aku menjadi termotivasi sekali oleh kata kata yang
dilontarkannya.
“Terimakasih , Senja” Ujarku.
Senja membalasnya dengan senyuman indah tersimpul di
bibirnya. Sungguh Senja adalah pelita di gelapnya kehidupanku yang tercipta
oleh Dinda.
Keesokkan harinya , aku mendapat kabar dari orang tua senja
bahwa minggu depan adalah hari ulang tahun Senja. Aku sangat berantusias sekali
ingin memberikan sesuatu yang istimewa di hari ulang tahunnya itu.
Aku berniat untuk membuatkan lukisan wajah Senja yang berukuran 1,5 meter ,
berharap akan berkesan untuk Senja.
Aku menghabiskan 4 hari untuk membuat lukisan itu , dan tersisa 3 hari lagi
menuju hari ulang tahun Senja. Terbesit untuk menyatakan perasaanku yang mulai
tumbuh kepada Senja , namun aku merasa sangat malu untuk mengungkapkannya.
2 hari berlalu , akupun telah siap memberikan kejutan kepada Senja dengan
menyisakan waktu 1 hari untuk mengumpulkan mental/nyali karna aku berniat untuk
menyatakan perasaanku kepada Senja.
Hari yang dinanti nanti pun telah tiba. Aku berdoa semoga
dihari ini akan menjadi hari yang berkesan untuk Senja selaku yang berulang
tahun.
Seperti biasa , Nenekpun ikut membantu dalam hal fashion. Beliau yang
mendandaniku habis habisan. Aku sangat berterimakasih kepada nenekku. Tak lupa
juga aku meminta restu agar hari ini berjalan dengan lancar. Aku menoleh ke
arah jam tanganku , terlihat waktu menunjukkan pukul 3 Sore , saatnya telah
tiba , gumamku. Aku pamit berangkat menggunakan angkutan umum. Selama di dalam
angkutan umum aku lihat cuaca nampak mendung seperti akan turun hujan lebat ,
namun tak sedikitpun mengurungkan niatku.
Setengah jam berlalu, akhirnya aku telah sampai di depan
rumah Senja yang sederhana. Terdengar ramai di dalam rumah itu , mungkin
teman-teman Senja ikut meramaikan acara ulang tahun Senja. Aku duduk di sebuah
warung menunggu teman teman senja selesai karna aku tak ingin mengacaukan
kejutan dari teman temannya. Setelah menunggu kurang lebih 1 jam , hujan lebat
tiba-tiba turun disertai suara petir yang menyambar. Aku panik karna aku
membawa lukisan dan tak ingin lukisan itu basah terkena air hujan.
Akhirnya teman teman senja telah selesai dan mereka pamit
pulang. Aku bersiap siap untuk masuk dan tiba tiba kulihat salah satu teman Senja
berdiri berhadapan dengan Senja , lelaki itu terlihat berbincang-bincang serius
dengan Senja.
Seketika hatiku hancur ketika melihat lelaki itu menggenggam lengan Senja.
Aku berlari secepat mungkin meninggalkan tontonan yang menyiksa batinku itu
dengan rasa sakit di hati ini. Lukisan untuk Senja basah kuyup. Hujan membasahi
tubuhku sekaligus menghapus air mataku. Aku seakan tak percaya dengan apa yang
aku lihat , aku juga tak tau kemana kaki ini akan membawaku. Sampai ketika
kakiku berhenti di Jembatan dimana tempat itu adalah tempatku pertama kali
bertemu dengan Senja. Tempat ini mengingatkanku akan kelakuan tolol ku yang
ingin mengakhiri hidupku. Haruskah aku mencoba mengakhiri hidupku lagi agar
rasa sakit ini hilang dan aku bisa tenang ?! pikirku.
Aku terdiam menatap jurang yang curah tepat dibawah jembatan itu. Sungguh tuhan
sangat tidak adil , tak bisakah aku merasakan kebahagiaanku?! Mengapa engkau
selalu memberikan cobaan yang sangat menyiksa batinku ini?.
Aku tetap terdiam terpaku menatap jurang yang curah seraya air hujan yang terus
mengguyurku. Tak ada kendaraan yang lalu lalang , tak ada seorang pun yang
kulihat , hanya rasa sakit dan rintikkan hujan yang setia menemaniku.
“AKU MENCINTAIMU ,SENJA!!!! , KAU YANG BERHASIL MERUBAHKU!
KAU YANG MENYELAMATKAN HIDUPKU! KAU YANG MEMBUATKU BISA UNTUK MERELAKAN DINDA !
AKU MENCINTAI MU SENJA!!, TAPI MENGAPA KAU SENDIRI YANG MENYAKITI KU?!
MENGAPA?!!! ” aku berteriak seraya suara petir yang menyambar.
“AKU JUGA MENCINTAIMU ,PUTRA BAGAS MUHAMMAD!” Teriak seorang
wanita.
Aku pun segera menoleh ke arah sumber suara yang tepat berada dibelakangku ,
dan ternyata wanita itu adalah Senja.
“TIDAK! KAU TIDAK MENCINTAIKU ,SENJA! KAU HANYA
MEMPERMAINKAN PERASAANKU! MEMBUATKU BERHARAP AKAN CINTAMU! TAPI NYATANYA KAU
MALAH MENCINTAI LELAKI LAIN!” Ujarku.
“TIDAK , PUTRA! KAU TIDAK TAU YANG SEBENARNYA! AKU TIDAK
MENCINTAI LELAKI ITU! AKU MENOLAK CINTANYA KARNA AKU HANYA INGIN MENCINTAI 1
LELAKI , YAITU KAU , PUTRA!” Ujar Senja.
Aku terkejut mendengar penjelasannya , namun aku berlari
meninggalkan Senja.
“PUTRA! PUTRA! TUNGGU!! AKU MENCINTAIMU,PUTRA!” Teriak Senja
dengan desak tangis dan air mata yang mengalir deras membasahi pipinya yang
membuatnya tertekuk jatuh.
Sekuat tenaga aku berlari meninggalkan Senja , Namun seketika langkahku
terhenti oleh ingatanku saat pertama kali bertemu dengan Senja. Aku memutar
arah langkahku , terlihat Senja duduk tertekuk dengan desak tangis yang
menemaninya. Aku mengulurkan tanganku.
“Bukankah tempat ini adalah tempat dimana kita pertama kali
berjumpa?” Ujarku.
Senja terkejut dan menoleh ke arah uluran tanganku.
“Seharusnya aku tidak kekanak kanakkan , seharusnya aku bisa
mengendalikkan egoku , bahwa sesungguh nya yang kulihat itu bukan seperti apa
yang ku fikirkan , maafkan aku ,Senja” Ujarku.
Senja terdiam dan menatapku , kulihat air matanya mengalir.
“Mungkin kau bukanlah yang pertama , namun maukah kau menjadi
yang terakhir dihidupku” Ujarku.
Senja meraih tanganku dan memeluk tubuhku dengan erat.
“Aku mencintaimu , putra!” Ujar Senja.
Ku kecup bibir manisnya dibawah rintik hujan yang turun
sangat lebat.
Akhirnya aku menemukan pengganti Dinda , yaitu Senja Rahma
Andini yang berhasil membuatku melupakan Dinda. Aku sungguh sangat mencintai
Senja. Dan kini aku telah bisa merelakan kepergian Dinda bersama Lelaki lain.
Ini hanyalah masalah waktu dan kesabaran.
Seperti langit , setelah hujan terbitlah matahari , dan seperti musim , setelah
musim gugur , terbitlah musim semi.
“There’s Autumn When
The Storm Ends”
Terse Dot Com